Wewe Gombel

Orang tua kita dulu selalu melarang anaknya keluar rumah di waktu senja menjelang magrib karena takut anaknya diculik kalong wewe. kalo yang udah pernah baca buku dialog dengan jin muslim disebutkan pula bahwa waktu yang disenangi jin itu adalah perpindahan dari terang ke gelap (termasuk waktu magrib) dan pertemuan arus panas dan arus dingin (salah satunya di segitiga bermuda).

Wewe Gombel adalah sebuah istilah dalam tradisi Jawa yang berarti roh jahat atau hantu yang suka menculik anak-anak, tapi tidak mencelakainya. Konon anak yang dicuri biasanya anak-anak yang ditelantarkan dan diabaikan oleh orang tuanya. Wewe Gombel biasanya akan menakut-nakuti orang tua si anak atas sikap dan perlakuannya kepada anaknya sampai mereka sadar. bila mereka telah sadar, Wewe Gombel akan mengembalikan anaknya.

Latar belakang mitos
Menurut cerita, mitos Wewe Gombel dipercayai digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar mereka tidak berkeliaran di waktu malam hari. Ini disebabkan pada masa lalu, keadaan gelap gulita amat berbahaya karena hewan buas mungkin memasuki kawasan perkampungan dalam kegelapan malam. Dengan itu Wewe Gombel diciptakan untuk menyelamatkan mereka daripada ancaman tersebut. Wewe Gombel biasanya digambarkan dengan sosok wanita tua keriput dengan susu/payudara yang terlihat keluar panjang menjijikkan.

Museum Tosan Aji


Museum Tosan Aji terletak di Jalan Mayjend Sutoyo, sebelah Selatan Alun-alun Purworejo. Di museum ini tersimpan berbagai macam keris dan tombak yang berasal dari masa Majapahit hingga sekarang. Selain itu juga tersimpan Yoni dan Lingga serta benda-benda cagar budaya prasejarah. Setiap tanggal 1 Muharram atau 1 Sura ditempat ini dilaksanakan Jamasan Tosan Aji yang dilanjutkan dengan kirab benda-benda pusaka di kota Purworejo dan Ruwatan Bersama yang dapat diikuti oleh masyarakat luas

Pada tanggal 13 April 1987 Museum Tosan Aji Purworejo diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah Bapak Ismail. Sedangkan prakarsa pendirian oleh Menteri Dalam Negeri, Soepardjo Roestam.
Semula museum berada di Kutoarjo dan dipindah ke Purworejo pada tanggal 10 Juni 2001. Saat ini menempati bangunan bekas Pengadilan pada masa Belanda. Di Museum ini tidak hanya menyimpan benda-benda koleksi tosan aji seperti keris, pedang, cundrik, tombak dan lain-lain. Namun pada perkembangannya banyaknya benda cagar budaya lainnya seperti patung, prasasti, yoni, lingga, lumpang, batu pipisan, guci, batu gong, menhir dan lain-lain.
Koleksi tosan aji yang disimpan terdapat yang berasal dari masa kerajaan pajajaran dan majapahit. Sementara benda cagar budaya berasal dari masa pra sejarah maupun masa klasik.
Di museum juga terdapat gamelam kuno kyai Cokronagoro yang merupakan hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo I, Cokronagoro I.

Pondok Pesantren

* Darul Hikmah Islamic Boarding School, Jl S.Parman Kutoarjo
* Pondok Pesantren Berjan
* Pondok Pesantren An-Nawawi
* Pondok Pesantren Al-Iman Bulus Gebang Purworejo
* Pondok Pesantren Al-Amin Dukuh Gintungan Gebang Purworejo
* Pondok Pesantren Rodhothul Atfal Bruno Purworejo
* Pondok Pesantren Daarul Muttaqin Kedungsari Purworejo
* Pondok Pesantren At-Tin Doplang Purworejo

Perguruan tinggi

* Universitas Muhammadiyah Purworejo
* Akademi Komputer Bina Sarana Informatika (BSI) Cabang Purworejo
* Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi
* Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
* Politeknik Sawunggalih Aji Kutoarjo
* Politeknik Megatek
* Akademi Keperawatan Purworejo
* Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa
* STIE "RAJAWALI" Purworejo

Sekolah kejuruan

* SMK Taman Siswa Purworejo (STM TKM Purworejo)
* SMK N1 Purworejo (STM Negeri purworejo)
* SMK N2 Purworejo (SMEA Negeri kutoarjo)
* SMK N3 Purworejo (SMKK Negeri purworejo)
* SMK YPP Purworejo (STM YPP Purworejo)
* SMK Pembaharuan Purworejo (SMK PN Purworejo)
* SMK PN2 Purworejo
* SMK Institut Indonesia Kutoarjo (SMK INSTINDO KUTOARJO)
* SMK Kristen Kutoarjo
* SMK Pancasila 2 Kutoarjo
* SMK Batik Perbaik Purworejo
* SMK Muhammadiyah Purworejo
* SMK Kartini Purworejo
* SMK Kristen PENABUR Purworejo
* SMK Muhammmadiyah Purworejo, Purworejo
* SMK Nurussalaf Kemiri
* SMK Pancasila 1 Kutoarjo
* SMK YPT Purworejo
* SMK Taman Karya Madya Teknik (TKM) Taman Siswa Purworejo
* SMK Hasyim Asy'ari Purworejo

Sekolah menengah atas (atau sederajat)

11 unit Sekolah Menengah Atas Negeri

** SMA Negeri 1 Purworejo, Jl. Tentara Pelajar, 55. Purworejo.
** SMA Negeri 2 Purworejo, Kutoarjo.
** SMA Negeri 3 Purworejo, Purwodadi.
** SMA Negeri 4 Purworejo, Kemiri.
** SMA Negeri 5 Purworejo, Loano.
** SMA Negeri 6 Purworejo, Jl. Tentara Pelajar Km. 4 Banyuurip, Purworejo.
** SMA Negeri 7 Purworejo, Jl. Ki Mangun Sarkoro.
** SMA Negeri 8 Purworejo, Grabag.
** SMA Negeri 9 Purworejo, Geparang, Purwodadi.
** SMA Negeri 10 Purworejo, Pituruh.
** SMA Negeri 11 Purworejo, Butuh.


1 unit Madrasah Aliyah Swasta

** Madrasah Aliyah Negeri Purworejo , Jl. Kartini, No. 17 Purworejo

7 unit Sekolah Menengah Atas Swasta

** SMA Bruderan, Purworejo.
** SMA PIUS Bakti Utama, Kutoarjo, Purworejo.
** SMA PANCA MARGA BHAKTI 1 Kutoarjo Kutoarjo
** SMA WIDYA Kutoarjo Kutoarjo
** SMA Muhammadiyah Purworejo, Purworejo
** SMA INSTITUT INDONESIA,Purworejo (tutup)
** SMA Darul Hikmah, Kutoarjo
** SMA Pancasila Purworejo,Pangen Koplak ,Purworejo

Sekolah menengah pertama (atau sederajat)

* SMP Muhammadiyah Purwodadi
* SMP Negeri 1 Purworejo
* SMP Negeri 2 Purworejo
* SMP Negeri 3 Purworejo dahulu SMPN 1 di Kutoarjo
* SMP Negeri 4 Purworejo dahulu SMPN 3 Purworejo
* SMP Negeri 5 Purworejo dahulu SMPN 2 di Kutoarjo
* SMP Negeri 6 Purworejo dahulu SMPN 4 Purworejo
* SMP Negeri 7 Purworejo dahulu SMP Negeri 1 Grabag
* SMP Negeri 8 Purworejo dahulu SMPN 1 Purwodadi
* SMP Negeri 9 Purworejo dahulu SMPN 1 Banyuurip
* SMP Negeri 10 Purworejo dahulu SMPN 2 Grabag
* SMP Negeri 11 Purworejo dahulu SMPN 1 Ngombol
* SMP Negeri 12 Purworejo dahulu SMPN 4 di Kutoarjo
* SMP Negeri 13 Purworejo dahulu SMPN 5 di Kutoarjo
* SMP Negeri 14 Purworejo
* SMP Negeri 15 Purworejo dahulu SMPN 2 Banyuurip
* SMP Negeri 16 Purworejo dahulu SMPN 3 di Kutoarjo
* SMP Negeri 17 Purworejo di Kecamatan Bagelen (d/h SMPN 1 Bagelen)
* SMP Negeri 18 Purworejo
* SMP Negeri 19 Purworejo
* SMP Negeri 20 Purworejo di Kecamatan Pituruh
* SMP Negeri 21 Purworejo di Kecamatan Bruno dahulu SMPN Bruno
* SMP Negeri 22 Purworejo di Kecamatan Gebang
* SMP Negeri 23 Purworejo
* SMP Negeri 24 Purworejo
* SMP Negeri 25 Purworejo
* SMP Negeri 26 Purworejo
* SMP Negeri 27 Purworejo dahulu SMPN 2 Purwodadi
* SMP Negeri 28 Purworejo
* SMP Negeri 29 Purworejo
* SMP Negeri 30 Purworejo
* SMP Negeri 31 Purworejo
* SMP Negeri 32 Purworejo
* SMP Negeri 33 Purworejo
* SMP Negeri 34 Purworejo
* SMP Negeri 35 Purworejo
* SMP Negeri 36 Purworejo
* SMP Negeri 37 Purworejo
* SMP Negeri 38 Purworejo
* SMP Negeri 39 Purworejo
* SMP Negeri 40 Purworejo
* SMP Bhakti Karya Seren, Purworejo
* SMP Muhammadiyah Purworejo
* SMP Muhammadiyah Jono Bayan, Purworejo
* SMP Muhammadiyah Kemiri, Purworejo
* SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo
* SMP Bruderan Purworejo
* SMP Pancasila 1 Purworejo
* SMP Darul Hikmah, Kutoarjo

Sekolah Dasar (atau sederajat)

* SD Negeri 1 Redin, Redin, Gebang, Purworejo.
* SD Negeri 2 Redin, Redin, Gebang, Purworejo.
* SD Negeri Kalitengkek, Kalitengkek, Gebang, Purworejo.
* SD Negeri Penungkulan, Penungkulan, Gebang, Purworejo.
* SD Negeri Tlogosono, Tlogosono, Gebang, Purworejo.
* SD Negeri Piyono, Piyono, Ngombol, Purworejo.
* SD Negeri Pangengudang, Purworejo.
* SD Maria, Purworejo.
* SD Penabur, Purworejo.
* SD Prapag Lor II, Pituruh, Purworejo.
* SD Kristen Pangen, Purworejo
* SD Ngandagan, Pituruh, Purworejo.
* SD Bulus 2, Bulus, Gebang, Purworejo.
* SD Doplang, Purworejo
* SD Brengkelan 1, Purworejo
* SD Kepatihan, Purworejo
* SD Baledono 1, Purworejo
* SD Baledono 2, Purworejo
* SD Baledono 3, Purworejo
* SD Pituruh, Purworejo
* SD Butuh 1, Butuh, Purworejo
* SD kedungsari 1, Kedungsari, Purworejo
* SD Kedungsari 2, Gunungwurung
* SD Negeri Ringgit, Ringgit, Ngombol, Purworejo
* SD Sukogelap Kemiri Purworejo
* SD Wolojurutengah, Nambangan, Grabag, Purworejo
* SD Kalipuring, Kalipuring
* SD Pius Bakti Utama, Kutoarjo
* SD Negeri Cangkrep Kidul I, Purworejo
* SD Negeri Jogoboyo, Purwodadi, Purworejo
* SD Negeri Kalijering Pituruh, Purworejo
* SD Negeri Sruwohdukuh, Butuh, Purworejo
* SD Negeri Lubang Indangan, Butuh, purworejo
* SD Negeri Kemadu ,Kutoarjo, Purworejo
* SD Negeri Banyuurip, Banyuurip, Purworejo
* SD Negeri Sumbersri, Sumbersari, Purworejo
* SD Negeri Golok, Banyuurip, Purworejo
* SD Negeri Bayan,Bayan, Purworejo
* SD Negeri Tambakrejo, Purworejo
* SD Negeri Sebomenggalan, Purworejo
* SD Negeri Tirtodranan, Sindurjan, Purworejo
* SD Negeri Kuwurejo, Kutoarjo, Purworejo
* SD Negeri Tlogorejo, Purwodadi, Purworejo
* SD Negeri Plandi, Purwodadi, Purworejo
* SD Negeri Ganggeng 1/2, Ganggeng, Purworejo
* SD Negeri Ngombol, Ngombol, Purworejo
* SD Negeri 1 Kalinongko, Loano, Purworejo
* SD Negeri 1 Jenarwetan, Purwodadi,Purworejo
* SD Negeri 2 Jenarwetan, Purwodadi,Purworejo
* SD Negeri 1 Jenarlor, Purwodadi, Purworejo
* SD Negeri 2 Jenarlor, Purwodadi, Purworejo
* SD Negeri Bedug, Bagelen,Purworejo
* SD Negeri Cangkrep Lor 2, Purworejo
* SD Negeri Mlaran 1, Purworejo

Drs. Markuat; Tingkatkan Kualitas Pendidikan Raih Kesejahteraan

Sebagai warga masyarakat yang terpilih menjadi anggota dewan, Drs Markuat yang lahir di Cilacap pada 15 Juni 1962,  berharap dapat mewakili masyarakat dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tupoksinya yang tertuang dalam Undang–Undang  Nomor 27/2009 tentang DPR, DPD, DPRD I dan DPRD II. “Maka dari itu, saya ingin tataran normatif, regulatif, harus benar – benar dipatuhi sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik,”ujar anggota DPRD Purworejo dari Fraksi Partai Demokrat ini.

Seiring dengan itu menurutnya, lembaga legislatif sebagai patner pemerintah (eksekutif), harus memiliki sinkronisasi dan harmonisasi yang bagus, agar optimal dalam mensejahterakan masyarakat. Yakni  melalui tahapan RPJP, RPJMD, serta RKPD yang merupakan kesepakatan bersama antara eksekutif dan legislatif.
Dirinyamenyadari betul, banyak hambatan untuk meraih cita-cita apalagi mensejahterakan rakyat. Namun menurutnya, hal ini dapat dicapai dengan berbagai potensi yang dimiliki masyarakat Purworejo.

Dia menyoroti salah satu urusan wajib pemerintah yaitu pendidikan, dimana harus betul-betul diprioritaskan sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang  Dasar 1945 serta perundang-undangan lainnya, yaitu Undang-Undang  Nomor 20/2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) . Sejalan dengan itu, pemerintah menggulirkan dana untuk pendidikan baik dari Pusat maupun Provinsi guna memajukan pendidikan di daerah.

Maka Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah daerah harus berperan aktif, sehingga peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai seoptimal mungkin. Ketiganya penting dan saling terkait agar kualitas pendidikan benar-benar baik, tentu memenuhi standar yang telah ditetapkan.
“ Kita sangat berharap bahwa di masa-masa mendatang mutu lulusan memenuhi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Jika hal itu dapat dicapai, tentu akan terwujud generasi yang unggul dan berdaya saing di era globalisasi mendatang,“ kata politikus yang  tinggal di Desa Sidarum RT 003 RW 001 Kecamatan Kutoarjo.

Dengan perkembangan teknologi informasi,  seyogyanya digunakan secara selektif dan kreatif, sehingga betul-betul bermanfaat positif. Dari segi pendidik, sudah jelas bahwa guru yang bersertifikasi diharapkan mampu menjadi guru profesional, sesuai dengan jenjang dan tugas mengajarnya. “Maka utamakan kreasi dan inovasi yang cerdas agar menjadi pendidik yang benar-benar mampu mengembangkan potensi anak didiknya, “harapnya.

Drs. Markuat yang aktif sebagai pengurus Partai Demokrat sejak tahun 2003 sampai sekarang, menghimbau kepada para peserta didik, agar meninggalkan kebodohan. “Karena kebodohan mengakibatkan kemiskinan, dan mari tingkatkan kualitas pendidikan agar tercapai kesejahteraan,”ajaknya.

sumber : www.purworejokab.go.id

RSUD Saras Husada

Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 60 Kelurahan Doplang, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. RSU Purworejo didirikan pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Zenden.
Dalam perkembangannya pada tahun 1951 menjadi Rumah Sakit Umum. Pada tahun 1979 RSU ini mendapat status RSU Type D dan pada tahun 1983 menjadi RSU Type C. Pada tahun 1997 RSU Purworejo mengalami peningkatan status dari RSU Type C menjadi RSUD kelas B Non Pendidikan. Agar memiliki identitas yang lebih spesifik maka pada tanggal 5 Oktober 2005 RSUD Purworejo secara resmi diberi nama menjadi RSUD Saras Husada Purworejo, kemudian pada pada tahun 2009 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo dengan Keputusan Bupati Purworejo Nomor : 188.4/I/2009.
Pada tahun 2009 RSUD Saras Husada Purworejo telah Lulus Akreditasi 16 Bidang Pelayanan, yaitu:
1. Administrasi dan Manajemen
2. Pelayanan Medik
3. Pelayanan Gawat Darurat
4. Pelayanan Keperawatan
5. Pelayanan Rekam Medik
6. Pelayanan Farmasi
7. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3)
8. Pelayanan Radiologi
9. Pelayanan Laboratorium Klinik
10. Pelayanan Kamar Operasi
11. Pengendalian Infeksi di RS
12. Peristi
13. Pelayanan Rehabilitasi Medik
14. Pelayanan Gizi
15. Pelayanan Intensif
16. Pelayanan Bank Darah
Tambahan info
        No Telepon:  0275.321118
        Denah Lokasi Venue RSUD Saras Husada bisa dilihat disini
Semoga bermanfaat

H Rujiyanto SAg MM: Tingkatkan SDM Guru Ngaji

Tak ada yang berubah dari diri H Rujiyanto Sag MM, salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Purworejo (DPRD) dari Partai Demokrat. Sederhana, merakyat, bahkan tak terkesan sebagai politikus.
Hal ini sangatlah wajar, lantaran sejak dibangku sekolah sampai kuliah, H Rujiyanto berada di lingkungan yang religius. Maka sangatlah wajar pula apabila pria kelahiran Purworejo, 24 Juni 1968, dan tinggal di Brunorejo RT 002 Kecamatan Bruno, sangat menaruh perhatian terhadap Program Anak Beriman yang sudah dicanangkan beberapa tahun yang lalu.

“Saya ingin melihat program Anak Beriman semakin membawa manfaat bagi generasi muda, khususnya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlak mulia,“katanya diruang kerja Fraksi Demokrat gedung DPRD Purworejo.

Pria dengan satu istri dan dua anak ini bahkan meyoroti masih perlu ditingkatkan adanya Program Anak Beriman baik dari sisi kualitas lulusannya maupun kualitas sumber daya gurunya. Disamping itu, masih perlu ditingkatkan pula koordinasi yang lebih sinergis antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Kesra Setda Purworejo, Badko TPQ dan komponen masyarakat.

“Tahun 2012  ada kenaikan anggaran untuk program Anak Beriman yaitu sebesar Rp.1,1 Miliar. Kenaikan anggaran ini kita harapkan akan diikuti adanya peningkatan kualitas baik kualitas anak didik maupun kualitas guru ngajinya”kata Rujiyanto yang juga pernah menjadi anggota DPRD tahun 2004-2009.

Untuk lebih meningkatkan kualitas gurunya, maka nantinya ada TOT lagi untuk guru yang selama ini belum pernah mengikuti TOT. Selama ini sudah ada 1240 guru ngaji yang ikut TOT, namun masih ada 240 guru yang belum ikut TOT. Setelah mengikuti training, nantinya mereka akan disebar ke sekolah dasar yang ada di Purworejo.

Politikus yang juga pintar berdagang ini mengatakan, setelah mengikuti TOT bagi para guru ngaji mempunyai kewajiban memberikan yang terbaik bagi anak didik/santrinya sekaligus hal ini menjadi ruang bagi guru untuk menularkan ilmunya, dan nantinya kita harapkan menghasilkan sumber daya manusia yang tidak saja menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga menjadi sumber daya manusia yang menguasai teknologi.

“Saya mempunyai harapan kalau nantinya guru ngaji  betul-betul memberikan materi sesuai dengan kurikulumnya, tidak sekedar menjadi ustad, namun harus mampu memberikan pendidikan agama yang lebih baik dan berkualitas “ imbuhnya.

H.Rujiyanto,S.Ag,MM juga mempunyai riwayat organisasi dan riwayat perjuangan  seperti sebagai ketua KNPI Kecamatan Bruno, ketua GP Ansor Bruno,wakil ketua Karang Taruna Bruno dan ketua Koperasi Unit Desa Bruno. Dia juga mempunyai riwayat perjuangan seperti pembina Parpol tingkat desa, dan anggota Partai Demokrat. (Kp.26).

sumber : www.purworejokab.go.id

Hj. Tursiyati Prihatin Tingginya Pengangguran di Purworejo

Terkesan trengginas, energik dan proaktif. Inilah yang nampak pada diri Hj Tursiyati, Sekretaris Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Purworejo dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Walau berperawakan kecil, namun sangat besar pemikirannya untuk berjuang demi kepentingan rakyat. Bahkan semangatnya sangat besar untuk mendobrak angka pengangguran di Kabupaten Purworejo yang memang cukup tinggi.

“Pada prinsipnya yang namanya kesejahteraan, tolok ukurnya adalah kemiskinan dan pengangguran. Kalau kemiskinan memang sulit dipecahkan, tapi kalau pengangguran itu ada solusinya,“kata Hj Tursiyati ketika ditemui diruang kerjanya di DPRD Purworejo, Senin (19/12).

Masih tingginya angka pengangguran, menurut wanita kelahiran di Purworejo 4 Desember 1969, sangat memerlukan upaya kerjasama secara sinergi antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kesejahteraan Sosial. Selama ini pihak sekolah sudah secara langsung menjalin kerjasama dengan perusahaan. “Jadi kerjasama langsung antara sekolah dan perusahaan ini nampaknya sudah terpola. Untuk itu kerjasama kedua dinas tersebut harus dilakukan lebih baik lagi,”katanya.

Diungkapkan, jumlah angka pengangguran di Kabupaten Purworejo mencapai hampir 13 000, sementara tenaga yang terserap dalam satu tahun hanya mencapai 1000 tenaga kerja. “Ini jelas sangat memerlukan upaya pemerintah dan ada langkah kerjasama, baik melalui dinas terkait, sekolah  maupun dengan perusahaan,”kata Hj Tursiyati yang tinggal di Desa Ketawangrejo RT 003 RW 001 Grabag.

Menurut data per Nopember 2011 ada 9162 pencari kerja aktif ( membuat Kartu Kuning). Dari jumlah tersebut baru 2949 tenaga kerja yang dapat tersalurkan dengan pendidikan antara SD sampai S1. Untuk Angkatan Kerja Lokal (AKL) tersalur 273 orang yaitu ke daerah Semarang, dan untuk Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) tersalur 2154 orang meliputi daerah Jabodetabek, Kalimantan, dan yang keluar negeri mencapai 522 orang.

Guna mengurai masalah tersebut diatas, ia berpendapat pemerintah perlu bertindak dan berperan aktif dalam pembangunan untuk menuju pembangunan perekonomian dengan upaya memberikan suatu pelayanan publik yang efisien, sistem peradilan yang dapat dipercaya dan sebuah administrasi pemerintah yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Disamping itu, agar menjadi kekuatan utama dalam menggerakkan pembangunan ekonomi dan memacu produktivitas serta mengembangkan SDM terutama melalui pendidikan keahlian teknis dan penguasaan teknologi, sehingga potensi penduduk menjadi optimal, untuk produksi menjadi optimal dan tidak menjadi konsumen semata.

Sebagai anggota DPRD, Hj Tursiyati berpendapat, kalau ingin mengurangi angka pengangguran maka harus bisa menciptakan lapangan kerja di Purworejo. Untuk itu, penting adanya pola/grand design investasi dan kerjasama antara investor, dinas terkait serta lembaga pendidikan terutama SMK. Pola investasi juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah Purworejo, misalnya agrobisnis beserta dengan pabrik pengolahan, sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang besar.

Sebagai wanita yang cukup konsen dengan dunia politik dan komitmen untuk pro rakyat, Hj Tursiyati yang bersuamikan H Raharjo SPdi, juga mempunyai riwayat organisasi maupun perjuangan yaitu sebagai Ketua Muslimat NU Kecamatan Grabag, Wakil Sekretaris DPC PKB Kecamatan Grabag. Aktif pula dalam kegiatan sosial, kepemudaan dan kegiatan sosial lainnya.

sumber : www.purworejokab.go.id

Mahasiswa Harus Bersifat Kritis

Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) harus memiliki sikap gemar mencari ilmu, dan bersifat kritis. Mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kepentingan umat. Sementara bersifat kritis artinya selalu mengkritisi setiap kebijakan pemerintah tanpa ada kepentingan, kecuali kebenaran.

Hal tersebut disampaikan ketua HMI Kabupaten Purworejo, Windi Winandar, di sela-sela pembukaan acara dialog litas gerakan mahasiswa, Rabu (1/2), di gedung PKK kompleks pendopo rumah dinas Bupati. Acara tesebut merupakan serangkaian kegiatan HMI dalam rangka peringatan Milad ke 65 cabang Purworejo.

Dialog dengan tema “Reformulasi gerakan mahasiswa Purworejo dalam membangun kesadaran kolektif”, dibuka Staf Ahli Bupati bidang SDM dan Kemasyarakatan Drs H Sigit Budimulyanto MM. Disamping  Winandar, panitia menghadirkan tiga nara sumber dari organisasi mahasiswa Islam di bawah naungan HMI cabang Purworejo. Yaitu Teguh Setyawan (IMM), Ageng Triyono (KAMI), Achmad Kusairi (PMII).

Dikemukakan Winandar bahwa, usia 65 tahun bagi sebuah organisasi merupakan usia yang matang, untuk ikut memberikan kontribusi kepada semua pihak. Selama itu pula roda kehidupan organisasi berjalan sesuai dinamika perkembangan jaman. HMI muncul di tengah-tengah perang mempertahankan kemerdekaan, tepatnya saat terjadi agresi tentara belanda yang berkeinginan menjajah kembali Indonesia. Sebagai sarana alat pemersatu bangsa, 65 tahun silam tepatnya tanggal 5/2 didirikan HMI, anggotanya dari berbagai organisasi mahasiswa Islam.

Disisi lain ia menyatakan bahwa pergerakan pemuda telah muncul sebelum Indonesia merdeka. Kemudian muncullah embrio organisasi pemuda, ditandai dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908. Kehidupan organisasi pemuda terus berjalan sesuai dinamikan politik di Indonesia, baik masa pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, era orde lama, orde baru, mau pasca reformasi. Untuk itu, ia minta agar anggota HMI selalu bersifat kritis terhadap pemerintah. HMI menempatkan diri sebagai oposisi, selalu mengkritisi setiap kebijakan pemerintah tanpa kepentingan, kecuali kebenaran.

Nara sumber lain, A Kusairi, mengingatkan dalam setiap gerakan mahasiswa agar waspada, jangan sampai ditunggangi oknum tertentu, yang memiliki kepentingan tertentu. Apabila hal itu terjadi, tentunya sangat merugikan perjuangan mahasiswa itu sendiri. Menurutnya, setiap organisasi termasuk organisasi mahasiswa Islam memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) sendiri-sendiri. Namun ketika berbicara tujuan, tentunya sama.

Disela-sela membuka acara, Sigit Budimulyanto mengungkapkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah membuktikan, mahasiswa telah mampu menjadi kekuatan moral (moral force), agen perubahan (agent of change), dan agen kontrol sosial (agent of social control), yang tercermin dalam gerakan mahasiswa Angkatan 66, Angkatan 74 dan Angkatan 98.

“Namun saat ini banyak pihak beranggapan bahwa gerakan mahasiswa mengalami kegagapan dan disorientasi dalam menempatkan peran strategisnya. Ketika tuntutan demokratisasi yang awalnya diperjuangkan itu berhasil diwujudkan, malah mengakibatkan eksistensi dan peran gerakan mahasiswa termarginalisasi hanya menjadi kekuatan pinggiran dalam setting demokrasi saat ini. Bahkan mahasiswa saat ini terjebak pada sentimen sektarianisme. Fenomen ini terlihat ketika ada mahasiswa dari satu perguruan tinggi terlibat tawuran dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya, atau bahkan antar fakultas dalam  satu perguruan tingg”, katanya.

Dalam konteks Kabupaten Purworejo, lanjutnya, gerakan mahasiswa diharapkan dapat membantu upaya-upaya pemerintah daerah dan masyarakat Purworejo dalam mewujudkan pembangunan di daerah dalam kerangka Otonomi Daerah. Antara lain dengan memberikan kontribusi-kontribusi pemikiran yang positif bagi penciptaan peluang usaha dalam upaya peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera, berdaya dan mampu berperan aktif dalam proses pembangunan.

sumber : www.purworejokab.go.id

Kelik Susilo Ardani SE: Pembangunan Harus Melibatkan Pemuda

Politikus Partai Golkar yang masih tergolong muda ini pembawaannya kalem, namun punya wawasan yang luas. Dia adalah Kelik Susilo Ardani SE, yang masuk dijajaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Purworejo sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) dan duduk dikomisi B bidang pembangunan.

Kiprah pria kelahiran Purworejo 14 Agustus 1970 di dunia politik tidak diragukan lagi, sehingga berbagai pandangannya mampu memberikan warna politik yang sejajar dengan politikus senior lainnya. Ia berpendapat bahwa setiap gerak pembangunan di Purworejo harus melibatkan unsur kepemudaan.

“Pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan sebaiknya secara lebih khusus melibatkan bidang kepemudaan. Karena mau tidak mau pada saatnya pemuda akan sampai pada tataran ke level tinggi, “kata warga Sanggrahan RT.002 RW.003 Desa Tamansari Kecamatan Butuh ini.

Soal pelaksanaan pembangunan di Purworejo, ia melihat masih perlu dioptimalkan dan harus ada keseriusan antara pemerintah (eksekutif) dengan legislatif.  Selain itu juga harus ada kesinambungan, dimana masyarakat juga harus ikut langsung mengawasi dalam pembangunan.

“Saya sudah menghimbau kepada SKPD agar dalam pelaksanaan pembangunan melibatkan unsur pemuda. Selain itu masyarakat harus ikut berperan aktif dan harus lebih dominan, karena dalam pembangunan karena masyarakat sebagai pengguna,“ungkapnya.

Sebagai anggota Dewan, ia mempunyai keinginan agar rakyat dapat memberikan masukan. Sehingga dalam melaksanakan tugas sebagai anggota Dewan bisa berjalan dengan baik. “Dengan masukan dari masyarakat, kami akan tau apa yang dibutuhkan, meskipun harus tetap melihat skala prioritasnya,’katanya.

Dalam konteks pelaksanaan pembangunan, Kelik menandaskan bahwa harus mengacu pada RPJMD, karena  RPJMD itu kitab pembangunan di Purworejo. “Saya berharap masing-masing melaksanakan tugas sesuai tupoksinya agar nantinya pembangunan di Purworejo dapat berjalan dengan baik,” imbuhnya.

Kelik Susilo Ardani SE yang menamatkan pendidikan di STIE Kerja Sama Yogyakarta mempunyai motto “Hidup Penuh Pengabdian”.  Pengalaman ddalam berorganisasi tak perlu diragukan lagi, terlihat dari sejumlah jabatan yang dipegangnya. Yaitu pengurus AMPI Desa Tamansari, Wakil Ketua Partai Golkar Kecamatan Butuh dari 2005 sampai sekarang, Ketua AMPG Kecamatan Butuh dari 2005 sampai sekarang.

Di tingkat kabupaten, ia menjabat sebagai Wakil Ketua AMPG Kabupaten Purworejo dari 2007 sampai sekarang, Wakil Ketua I KNPI Kabupaten Purworejo dari 2009-2013,  Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Purworejo dari tahun 2010 sampai sekarang, dan sebagai Ketua Harian Pengcab PSSI Purworejo.

Beberapa jabatan penting juga pernah dipegang antara lain pernah menjadi manajer administrasi dan keuangan PT Erida Kharisma Indonesia, Direktur CV Pandega Adyutamas  dan pernah menjadi pengurus harian yayasan Annur Munawarman Yogyakarta.

Sedangkan diklat yang pernah dia ikuti yaitu Diklat Education Development, Diklat Targati di Korem 072 Pamungkas, Diklat Pemuda dan Ormas di Semarang, Diklat Wirausaha di semarang dan Diklat kader Partai Golkar di Purworejo.

sumber : www.purworejokab.go.id

Mobilisasi Wajib KTP Jadi Kendala, Camat Ikut Tanggungjawab

Camat harus ikut bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP). Terutama dalam memobilisasi wajib KTP ke tempat perekaman data, yang akan diselenggarakan di kecamatan masing-masing. Penegasan tersebut disampaikan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo  Drs Didit Samodra, dalam rakor persiapan e-KTP, di ruang Bagelen beberapa waktu lalu. 

“Secara struktural antara Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan Camat tidak ada garis komandonya. Namun dalam hal ini (e-KTP), ada hubungan kerja. Di tingkat kabupaten Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bertanggungjawab atas penyelenggaraaan e-KTP, sedangkan camat ikut bertanggungjawab atas penyelenggaraan di masing-masing wilayahnya. Untuk mendukung keberhasilan tersebut, butuh persepsi yang sama serta komitmen semua kepala SKPD terkait,” tegasnya saat memimpin rapat koordinasi persiapan penyelenggaraan e-KTP.

Dikemukakan bahwa 2011, di Jawa Tengah baru ada 8 kabupaten/ kota yang telah menyelenggarakan e-KTP. Sedangkan sisanya akan melaksanakan di 2012. Perekaman data kependudukan rencananya akan diselenggarakan Mei mendatang. Saat ini pemkab masih menunggu bantuan peralatan dari pemerintah pusat.

Berdasarkan pengalaman kabupaten/kota yang telah melaksanakan, mobilisasi masa ke tempat perekaman data menjadi salah satu kendala. Padahal wajib KTP didatangkan ke tempat perekaman data minimal dua kali. Yaitu saat perekaman data dan pencocokan data saat KTP sudah dicetak. Pihak Disdukcapil, menurutnya, tidak ada anggaran untuk  mobilisasi wajib KTP. Untuk itu ia minta agar kepala desa bisa menganggarkan melalui APBDes untuk keperluan tersebut.

Alat perekam data hanya mampu merekam atara 10-15 orang per jam. Sedangkan wajib KTP tiap kecamatan mencapai 40.000 ribu orang lebih. Alat dari pemerintah pusat yang akan didatangkan sebagian dari alat yang telah digunakan di tahun 2011 lalu. Padahal saat pelaksanaan lalu, sering terjadi kerusakan.  Sedangkan proses pembuatan e-KTP ditanggung pemeritah pusat.

Direncanakan mulai 1 Januari 2013, KTP non elektronik dinyatakan tidak berlaku. “Namun itu berdasarkan jadwal yang ada. Apabila dalam pelaksanaan mundur, maka pemberlakuanya juga mundur. Selama belum dinyatakan KTP non elektronik tidak berlaku, pembuatan KTP non elektronik tetap layani” katanya.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, saat membuka rakor mengkhawatirkan atas kelanggengan pembiayaan pembuatan e-KTP dari pusat. Saat ini pembuatan e-KTP dibiayai dari pusat, dimana untuk Kabupaten Purworejo sekitar Rp 2,5 trilyun. Namun untuk berikutnya pihaknya belum mengetahui, siapa yang akan mendanai. Apabila diserahkan ke daerah, berarti akan menambah beban anggaran.

E-KTP menurutnya sangat strategis, disamping sebagai kartu identitas diri, juga memiliki hak, dan pengamanan. Karena stretegis itulah maka butuh komitmen untuk mensukseskannya. E KTP dilaunching Mendagri tahun 2011 lalu, yang menghadirkan seluruh Bupati dan Ketua DPRD. Agar pelaksanaan berjalan lancar, maka butuh kesiapan, diantaranya tempat, alat dan SDM. Operator tidak mungkin hanya mengandalkan PNS yang ada, maka akan ditambah tenaga non PNS, tiap kecamatan tiga orang. 
sumber : www.purworejokab.go.id