Padepokan PSHT Purworejo Juara Umum Pencak Silat Eks Kedu

Tidak sia-sia ketika Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) menunjuk Padepokan Pencak Silat Setia Hati Teratai (PSHT) Bagelen untuk mewakili sekaligus sebagai tuan rumah penyelenggaraan Invitasi Pencak Silat se Eks Karesidenan Kedu. Dalam invitasi Pencak Silat yang berlangsung 23-25 Desember 2011 di Gedung Olah Raga (GOR) WR Supratman Purworejo, PSHT Purworejo mendominasi laga final di berbagai kelas yaitu dari kelas A sampai E. PSHT Purworejo keluar sebagai juara umum sekaligus berhak mendapat Piala Menpora dengan memperoleh 4 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu. Kemudian disusul ASSAD Wonosobo dengan perolehan 2 emas, 1 perunggu, dan Padepokan TGS juga dari Wonosobo dengan perolehan 1 emas, 1 perak dan 4 perunggu. Sedangkan Padepokan TGS Kebumen memperoleh 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu, serta Padepokan ASSA Kabupaten Magelang memperoleh 1 emas.

Ketua KONI sekaligus Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Cabang Purworejo, Setiyarso Angko Widodo yang berkesempatan menyerahkan Piala Menpora dan uang pembinaan sekaligus  menutup invitasi Pencak Silat se eks Karesidenan Kedu (25/12), menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen masyarakat, pemerintah yang telah mendukung invitasi pencak silat se eks Kedu. ”Saya merasakan ini ada kebangkitan pencak silat di Kedu, utamanya di Kabupaten Purworejo,” katanya.

Angko juga menyampaikan, agar bisa memacu prestasi dan meningkatkan prestasi olahraga, maka sarana dan prasarana olahraga juga perlu diperhatikan. Untuk itu, pada tahun 2012 GOR WR Supratman akan segera dibangun dengan anggaran dari pusat sebesar Rp 5 miliar. “Dengan pembangunan gedung tersebut, kita harapkan akan semakin memotivasi atlit untuk berprestasi. Untuk itu, juga harus diperbanyak pertandingan-pertandingan atau kejuaraan di Purworejo,”harapnya.

Angko juga menyampaikan, tidak hanya GOR WR Supratman saja yang akan dibangun pada tahun 2012, tetapi juga gedung Kesenian Bagelen yang akan menghabiskan anggaran Rp 4,8 miliar.

sumber : http://www.purworejokab.go.id/

12 Klub Bola Voli Perebutkan PDAM Cup 2011

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Purworejo menggelar lomba bola voli dalam rangka memperingati HUT PDAM ke 37 di Gor WR Supratman selama tiga hari, (9 – 11/12), yang dibuka Wakil Bupati Suhar. Lomba diikuti 12 klub bola voli se kabupaten Purworejo yang akan memperebutkan juara I,II,III, dan IV. Direktur PDAM Purworejo Hesti Lilianti SH mengatakan tujuan lomba voli untuk menggalakkan perbolavolian di Kabupaten Purworejo. Selain itu untuk menambah frekuensi pertandingan bola voli, dan mencari bibit pemain bola voli.

Dalam lomba setiap klub diperbolehkan menggunakan pemain dari luar Purworejo maksimal sebanyak 3 orang, dengan maksud untuk meningkatkan mutu pertandingan. Untuk babak penyisihannya menggunakan sistem pool setengah kompetisi dengan two winning set. Babak semifinal dan final dengan three winning set.

Setelah melalui pertandingan yang cukup seru, klub voli PDAM Tirta Perwitasari mampu mengalahkan rival-rivalnya menjadi juara I disusul Bintang Selatan Grabag. Untuk juara III dan IV dimenangkan klub voli Kemiri dan Patriot Purworejo. Masing-masing pemenang mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan juga piala bergilir.

Kalau KB Gagal, Akan Terjadi Baby Boom

Angka kelahiran pada wanita usia subur di Kabupaten Purworejo sebesar 2,37, artinya bahwa  rata-rata setiap wanita usia subur memiliki anak 2 sampai 3 orang. Keadaan ini  secara matematis menunjukkan bahwa jumlah penduduk akan bertambah lebih cepat, karena setiap 4 (empat) menit akan akan terjadi kelahiran 2 (dua) orang bayi. 

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Purworejo, Suhar, dalam pencanangan Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan tingkat Kabupaten Purworejo, di Desa Dewi Kecamatan Bayan, Sabtu (3/12).

Lebih lanjut dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan khususnya di bidang Keluarga Berencana, yang pada tahun-tahun sebelumnya telah dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam pengendalian jumlah penduduk, pada beberapa tahun terakhir ini cenderung mengendor. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terasa meningkat.

Kondisi ini apabila tidak diantisipasi dengan seksama, menurutnya, tidak menutup kemungkinan bahwa pada kurun waktu 10 sampai 15 tahun kedepan akan terjadi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, atau sering disebut sebagai  “baby boom”.  “Sehingga kalau itu terjadi, berarti beban negara akan semakin berat dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasar penduduk, disamping akan menambah beban pula bagi masyarakat untuk membangun negaranya, khususnya dalam upaya pengentasan kemiskinan,”ungkapnya.

Dalam kegiatan ini, Wakil Bupati minta adanya upaya menggerakan masyarakat, melalui kelompok-kelompok kader pembangunan di desa untuk menjadi penggerak masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan keluarga, karena keluarga merupakan cermin kekuatan masyarakat, Bangsa dan Negara. “Semua keluarga di Kabupaten Purworejo harus ditingkatkan kualitasnya agar menjadi pilar pembangunan yang kokoh, sejahtera dan bermartabat,  menuju hari esok yang lebih baik,”tandasnya.

Ketua penyelenggara Ny Yaminah Suhar SH mengatakan, pelaksanaan pencanangan HKG PKK-KB-Kesehatan pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan di kabupaten. Namun untuk tahun 2011 pencanangan dilaksanakan di Desa Dewi. Dipilihnya desa Dewi tersebut, karena Desa Dewi keluar sebagai juara I lomba GSIB tingkat kabupaten tahun 2010.

Sedangkan tujuan pencanangan HKG PKK-KB Kesehatan Tahun 2011 secara umum  untuk meningkatkan cakupan pelayanan berkualitas dalam program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Keluarga Berencana dan Kesehatan. Hal ini sebagai upaya mendukung Milenium Development Gools (MDGS). Adapun tujuan secara khusus kegiatan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan untuk meningkatkan kemitraan PKK BKB-PP, Dinkes, Bapermasdes, dan Organisasi Kemasyarakatan sampai tingkat bawah.

Dalam pencangan tersebut juga dilaksanakan pelayanan kesehatan gratis dan pelayanan KB gratis di Puskesmas Pembantu desa Dewi. Diantaranya berupa pelayanan KB implan sebanyak 72 alat kontrasepsi, 6 suntik, dan 5 IUD. Disamping itu dibuka stan-stand pameran hasil olahan dari ibu-ibu PKK desa Dewi,  seperti makanan tradisional khas desa. 
 
Sumber : http://www.purworejokab.go.id/

Keluhan Masyarakat Terhadap RRSH, Banyak Karena Kesalahpahaman

Keluhan masyarakat terhadap pelayanan RSUD Saras Husada (RSSH) Purworejo, relatif hampir sama dari waktu ke waktu. Baik yang disampaikan melalui SMS pengaduan publik bernomor 081 56 88 0000 yang dikelola Pemkab Purworejo, maupun yang muncul di media massa.
 Penilaian tersebut disampaikan Kabag Organisasi dan Aparatur Setda Purworejo Bambang Sugito SH, saat melakukan klarifikasi lapangan terhadap SMS pengaduan di RSSH, beberapa waktu lalu. Tim klarifikasi yang dipimpin Bambang, diterima ketua tim penanganan pengaduan masyarakat RSSH Dr Julience T Purba MPPM, di aula RSSH.

Lebih lanjut Bambang Sugito mengatakan, banyaknya pengaduan yang masuk menunjukkan bahwa masyarakat sayang dengan RSSH. “Karena gedungnya sudah megah, masyarakat ingin pelayanannya juga bagus,”katanya.Ia juga menyarankan agar RSSH menimba pengetahuan dari rumah sakit swasta. Karena selama ini, sangat jarang SMS pengaduan yang ditujukan ke rumah sakit swasta.

Sementara Dr Julience menjelaskan bahwa banyak keluhan yang disampaikan ke RSSH akibat kesalahpahaman. “Misalnya, ada pengunjung yang masuk di luar jam besuk melalui pintu yang tidak seharusnya. Ketika ditegur oleh satpam, mereka justru marah,”ungkapnya.

Demikian juga mengenai dokter poliklinik yang datangnya siang, sehingga pasien harus menunggu lama. Ternyata masyarakat belum tahu kalau dokter harus visite ke pasien yang rawat inap dulu atau menangani pasien yang perlu penanganan segera, sebelum melakukan praktek di poliklinik.

Sedangkan keluhan mengenai bidan yang galak, Julience berkilah bahwa rata-rata setiap harinya bidan menangani 10 pasien jampersal. Sehingga mungkin karena kondisi capek, ketika ada pasien atau keluarganya yang melakukan sesuatu yang tidak pas, langsung ditegur. “Namun semua masukan dan kritik dari masyarakat tetap kami terima dengan baik, dan kita lakukan perbaikan-perbaikan,”katanya.

sumber : http://www.purworejokab.go.id/

Ardy Juara Road Race Asia

Pembalap motor asal Purworejo, Ardy Satya Sadarma (20), keluar sebagai juara pertama road race tingkat Asia, beberapa hari lalu. Dia menyingkirkan 27 peserta lainnya dalam event FIM Asia GP of Road Racing di Taiwan.


Atas prestasinya itu Ardy mendapat sambutan hangat dari Bupati Drs H Mahsun Zain MAg. Dia yang didampingi bapaknya, Drs Agus Sudarmanto dan petugas dari Dinas P dan K setempat, diterima Bupati di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu. Ketika itu Bupati berpesan agar Ardy selalu menjaga fisik dan kesehatan serta meningkatkan prestasi. Bupati juga mengingatkan agar menghindari pergaulan yang tidak baik.

Ardy yang kini duduk di semester 2 Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), telah menggeluti olahraga road race sejak dia duduk di bangku SMP. Telah banyak predikat juara yang diperoleh sejak usia belasan tahun. Dan berkat prestasinya itu dia pernah menjadi pembalap yang disponsori salah satu produsen motor ternama.

Ketika ditemui usai diterima Bupati, Ardy menuturkan, dalam kejuaraan FIM Asia GP of Road Racing di Taiwan dia mewakili Indonesia bersama Tomy Salim dari Surabaya. Dalam kejuaraan itu, balapannya dalam bentuk perorangan dan beregu. Sebagai hasilnya, dia keluar sebagai juara pertama tingkat perorangan dan beregu.

Peserta dalam kejuaraan tersebut adalah pembalap dari negara-negara Asia. Putra kelima pasangan Agus Sudarmanto dan Hj Mujibah ini mengaku tak gentar menghadapi pembalap dari negara lain. Terbukti dia berhasil unggul dalam event bergengsi itu. Dan atas prestasi itu kabarnya dia akan mendapat penghargaan IMI Award.

sumber : http://www.purworejokab.go.id/

Kepala BKKBN Pusat Resmikan 6 Balai Penyuluhan KB


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DR Dr Sugiri Syarief MPA, meresmikan balai penyuluhan KB, di Kecamatan Purwodadi, Selasa (15/11). Dalam kesempatan itu, juga hadir Sekretaris Utama BKKBN Pusat DR Sudibyo Ali Moeso MA, serta Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Drs Sri Murtiningsih MS.

Enam Balai Penyuluhan KB UPT BKBPP yang diresmikan yaitu Balai Penyuluhan KB Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Loano, Kemiri, Pituruh dan Bruno. Pembangunan 6 balai tersebut berasal dari dana alokasi khusus (DAK) bidang KB sebesar Rp 1.192.400.000. Disamping untuk pembangunan balai penyuluhan KB, juga digunakan untuk 150 paket sarana kerja PLKB yang dipergunakan oleh seluruh pengelola program KB di lapangan. Juga BKB kit untuk kader kelompok BKB dan obgyn bed untuk klinik KB. Rencananya tahun 2012 juga akan dibangun Balai Penyuluh KB UPT Kecamatan sebanyak 7 unit, dan pada tahun 2014 diharapkan 16 kecamatan sudah mempunyai Balai Penyuluh KB.

Sebelum meresmikan Balai Penyuluhan KB, Kepala BKKBN melihat langsung kegiatan pelayanan KB dan kesehatan secara gratis. Antara lain pemasangan alat kontrasepsi bagi 176 akseptor baru yang digelar di gedung kecamatan Purwodadi. Kepala BKKBN juga melakukan peninjauan stand UPPKS yang menjajakan hasil karyanya.

Plt Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Purworejo menyadari betul arti pentingnya program Keluarga Berencana bagi kelangsungan dan masa depan bangsa. “Oleh karena itu, kami sangat mendukung setiap program dan kegiatan yang berkaitan dengan program KB. Hal ini bisa dilihat dari dukungan kelembagaan beserta sumberdaya manusianya, anggaran, maupun peran serta aktif dari masyarakat,”ungkapnya.

Menurutnya, dukungan tersebut muncul, karena menyadari betul kondisi kependudukan yang ada saat ini menjadi tantangan pembangunan yang cukup berat yang dihadapi bangsa Indonesia. Sehingga sangatlah wajar apabila komitmen untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk perlu terus dibangun, dijaga dan dibina. “Karena apabila gagal dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk, maka akan membawa implikasi tekanan sosial ekonomi yang semakin berat,”katanya.

sumber : www.purworejokab.go.id

Desa Endemis Malaria Terima Kelambu


Sebagai langkah antisipasi meningkatnya penularan penyakit malaria, desa-desa endemis malaria diberi bantuan berupa kelambu. Penyerahan secara simbolis kelambu dan SOP (Standart Operating Prosedur) penanganan penderita malaria dengan isolasi / steril dalam pelaksanaan program pengendalian malaria tersebut, dilakukan Bupati Purworejo pada upacara Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 47 di halaman Setda Purworejo (12/11). Masing-masing penerima simbolis kelambu diantaranya Kepala Puskesmas Dadirejo, Kepala Desa dan kader malaria Desa Hargorojo (Bagelen), Kepala Puskesmas Kaligesing, Kepala Desa dan kader malaria Desa Somongari Kecamatan Kaligesing.

Bupati Drs H Mahsun Zain MAg yang membacakan sambutan Menteri Kesehatan mengatakan berbagai program terobosan untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu telah dilancarkan. Antara lain dengan ditingkatkannya program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal), dan dilaksanakannya program Bantuan Operasional (BOK) untuk Puskesmas. Program Jamkesmas dimaksudkan agar masayarakat miskin dan tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan tanpa hambatan sosial ekonomi. Jampersal agar ibu hamil yang tidak mempunyai jaminan kesehatan memperoleh jaminan untuk antenal, persalinan, postnatal, dan KB pasca persalinan.

Sedang program BOK untuk mendukung kegiatan operasional Puskesmas agar pelayanan kesehatan dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, utamanya upaya promotif dan preventif. ”Rangkaian kegiatan HKN ke 47 yang dilaksanakan di Pusat dan di daerah, hendaknya memaparkan lebih banyak kegiatan, dukungan, dan kemasyarakat dan  peranserta seluruh lapisan masyarakat, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan,” harapnya.

Selain kegiatan upacara tersebut juga dilaksanakan kegiatan malam tasyakuran HKN dengan menggelar wayang kulit semalam suntuk oleh dalang H Mukidal PWH SKM MM di halaman Dinas Kesehatan. Dalam pagelaran wayang kulit malam itu mendatangkan pelawak Barmi Kantong dan Nano Asmorodono dari Yogyakarta.  Hadir dalam tasyakuran Assisten III Sekda Purworejo drh H Abdulrahman dan beberapa pejabat terkait.  Malam tasyakuran sekaligus penyerahan hadiah pemenang lomba HKN dan tali asih bagi pegawai-pegawai di lingkungan DKK Purworejo dan RSUD Saras Husada yang telah purna tugas.

Garuda Jaya Juara Umum “PBSI Cup II “

Persatuan Bulutangkis (PB) Garuda Jaya keluar sebagai juara umum dalam kejuaraan cabang (Kejurcab) bulu tangkis “PBSI  Cup II “ tahun 2011 Kabupaten Purworejo yang berlangsung di GOR YGSH tanggal 19 sampai dengan 21 Juni lalu.
Ketua Panitia RM Abdullah mengungkapkan, satu nomor kelompok umum gagal dipertandingkan dalam kejurcab. Nomor tersebut adalah kelompok remaja dengan kategori atlit kelahiran 1995 tunggal dan ganda putra putri. Dalam nomor itu, dinyatakan tidak memenuhi kuorum karena hanya empat peserta yang mendaftar.

Lebih lanjut dijelaskan Abdulah, sebenarnya ada lima nomor kelompok umur yang dipertandingkan. Tiga nomor lainnya adalah kelompok anak-anak kelahiran 1999 ( tunggal pa/pi), kelompok pemula kelahiran 1997 ( tunggal  pa/pi) dan kelompok taruna kelahiran 1993 (tunggal pa/pi).

Ketua KONI Kabupaten Purworejo Angko Setiarso Widono menyambut baik kegiatan tersebut. “Kegiatan seperti ini  merupakan kegiatan yang paling nyata sebagai salah satu bentuk pembinaan olahraga berprestasi sekaligus menjadi instrumen kaderisasi,”katanya.

Hasil kejuaraan untuk tunggal usia dini putra: juara 1 Valerian Brian Setiawan ( Abm ),  Juara II Gozi Satria Najib ( Sng ) dan Juara III Bahtiar Rifai ( GJ). Tunggal usia dini putri : juara I dan II Septia putri Afganis dan Shafa Fabila keduanya dari (GJ). Juara III Alfina Tri Musumawati ( SYP).Tunggal anak anak putra : juara 1 dan II Taufik Rahman dan Rezal Muiz Pratomo dari (GJ). Juara III Hanif Ega Pradangga ( SNG) Tunggal anak anak putri : juara I dan ii Puspita candra dan nanda Agustina Dewi (GJ) juara III Ivane Meliana ( SYP). Untuk tunggal pemula putra :Juara I Fajar Shodig (SNG), juara II yoga rahmat Dani (ABM) juara III Lutfia Andriantama ( SYP).  Untuk kelas tunggal taruna putra : juara I dan II etyo Wibowo dan Ade Yana Frederica dari (GJ) juara III Ilham Candra Wijaya ( SYP). Tunggal Taruna putri juara : I ,II dan III masing masing Arista Pratiwi ,Diastri Nawangsih dan Widiastri Fajar semuanya dari Clup ( GJ).

Untuk kelas ganda remaja putra : juara I Yusuf setyo Wibowo  berpasangan dengan Gandi Pradana ( GJ), juara II Fajar Sodiq / Anas ( SNG), juara III Panser bagus /  Hermawan Wibisono ( GJ). Untuk kelas ganda taruna campuran : juara I Fajar Sodik berpasangan dengan  Kewia Alfi (SNG), juara II dan III masing masing Gandi Pradana dengan Arista Pratiwi  dan Ade Yana Federica berpasangan dengan Diastri Nawangsih semuanya dari (GJ)

sumber : http://www.purworejokab.go.id/

180 Atlet Purworejo Berlaga Di Porwil Dulongmas

Kabupaten Purworejo mengirim 180 atlet dari berbagai cabang olahraga ke Pekan Olahraga Wilayah Kedu Pekalongan dan Banyumas (Porwil Dulongmas) di Purwokerto. Kontingen dilepas Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg di pendopo rumah dinas bupati setempat, Selasa (5/7).

Menurut Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Purworejo Angko Setiyarso Widodo, kontingen Purworejo hanya akan mengikuti 19 dari 32 cabang olahraga yang dipertandingkan. Ke-19 cabang itu masing-masing atletik, bulutangkis, sepak takraw, tinju, tenis meja, tenis lapangan, binaraga, anggar, bola voli pantai, billiard, balap sepeda, catur, kempo, pencak silat, menembak, panahan, renang, tarung derajat dan wushu. “Purworejo mentargetkan minimal mendapat 11 medali emas,” kata Angkonya

Menurut Angko, Porwil Dulongmas yang akan berlangsung selama empat hari, mulai Jumat (8/7) ini, merupakan salah satu tolak ukur pembinaan cabang olahraga di masing-masing daerah. “Setelah ini, yang lebih penting bagi kita adalah persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah 1913,”ungkapnya.
Pada kesempaan itu Bupati Drs H Mahsun Zain MAg berharap, kontingen Purworejo dapat meraih prestasi terbaik, dapat mengungguli kontingen dari kabupaten lain. “Saya percaya, atlit yang terpilih ini merupakan atlit terbaik di cabangnya masing-masing, karena sudah melalui kompetisi dan seleksi yang ketat,”tandasnya.

sumber : http://www.purworejokab.go.id/

Magelang Dominasi Kejuaraan Bulutangkis “Kharisma Cup I”

Rendy asal Kota Magelang akhirnya meraih juara I partai tuggal putra pada kejuaraan bulu tangkis “Kharisma Cup I”. Berkat prestasinya itu ia berhak atas tropi dan hadiah uang Rp 2.000.000. Pada pertandingan final di GOR WR Supratman Purworejo , ia mengalahkan Syarif Hidayat asal Kebumen dengan rubber set. 
 
Rendy mendapat tiket ke final setelah pada pertandingan sebelumnya mampu mengalahkan pemain tuan rumah, Rida, dengan straight set. Sementara Syarif Hidayat, pada partai semifinal, mampu mengatasi perlawanan Yonek, juga asal Purworejo. Sedangkan pada perebutan juara III, antara Rida vs Yonek dimenangkan Rida. Juara II mendapat tropi dan hadiah uang Rp 1.500.000, juara III tropi dan uang Rp 1.000.000, juara IV tropi dan uang Rp 500.000

Pada partai ganda, pasangan Nurul/Fajar asal Kota Magelang juga berhasil membawa pulang tropi juara I, setelah mampu mengatasi perlawanan pasangan tuan rumah Yonek/Rida,. Pasangan Nurul/Fajar, melaju ke final setelah pada pertandingan sebelumnya mengalahkan pasangan Ibob/Agus asal Kebumen. Yonek/Rida, pada partai yang sama mengatasi perlawanan Andi/Aris juga asal Kebumen. Perebutan juara III antara pasangan Andi/Rais melawan Ibob/Agus, dimenangkan pasangan Andi/Rais.

Sementara pada partai ganda veteran, pasangan Tarwo/Meriansah asal Kota Magelang juga meraih juara I. Pada pertandingan final pasangan ini mengalahkan pasangan Muhidin/Sukis juga dari Magelang. Pada semi final, Tarwo/Meriansyah menang atas pasangan Ermanto/Anang asal Temanggung. Sedangkan Muhidin/Sukis, menang atas pasangan Bambang W/Kadi asal Wonosobo. Perebutan jura III, antara Ermanto/Anang vs Bambang W/Kadi, dimenangkan pasangan Ermanto/Anang. JuaraI,II,III dan IV mendapat tropi dan hadiah yang sama dengan partai tunggal putra.

Pertandingan final disaksikan ribuan masyarakat Purworejo dan sekitarnya, berlangsung hingga tengah malam. Hadir pada penutupan acara, ketua KONI Kabupaten Purworejo, Angko Setyarso Widodo, wakil ketua I PBSI dr Kuswantoro MKes.

Fasilitas Kesehatan

1. RSUD Saras Husada - Jl. Jend. Sudirman No.60 - telp. 0275.321118

2. PKU Purworejo - Jl. Brigjend Katamso 144 Purworejo - telp. 0275.325260

3. RS Palang Biru - Jl. Marditomo 17 Kutoarjo - telp. 0275.646469

4. RS Purwahusada - Jl. Tentara Pelajar (dekat Terminal Bus Purworejo)
   
5. RBIA Kasih Ibu - Jl.  Mayjend. Sutoyo 19 Purworejo - telp. 0275.321253 / 0275.325155

6. RB Permata - Jl. Sutoyo Purworejo - telp. 0275.321031

7. RBIA Aisyah - Jl. Sutoyo Purworejo - telp. 0275.321435

8. RSUD Kutoarjo - Jl. Gunung Tugel - Kutoarjo - telp. 0275.641004

9. RSUD Purwodadi (kelas D) - Ds. Jenar - Purwodadi - telp. 0275.756076

10. RS Panti Waluyo - Jl. A. Yani - telp. 0275.321048

Fasilitas Transportasi

1     Stasiun Kereta Api Kutoarjo - Jalan Stasiun, Kutoarjo  -  telp. 0275.641023
2     Stasiun Kereta Api Purworejo  -  Jalan May Jend Sutoyo  -  0275.321068
3     Terminal Bus Purworejo  -  Jalan Raya Purworejo - Kutoarjo    
4     Terminal Bus Kutoarjo        

Hotel

1. Hotel Suronegaran - Jl. Urip Sumoharjo 47 Purworejo - telp. 0275 322076
2. Hotel Sanjaya Lin - Jln. Tentara Pelajar no. 234 - telp. 0275 325855
3. Hotel Ganesha - Jl. Kol Sugiono 62 Purworejo - telp. 0275 323390
4. Hotel Bagelen - Jl. A. Yani 16 Purworejo - telp. 0275 321480
5. Hotel Intan - Jl. Kol. Sugiono 66 Purworejo - telp. 0275 321242
6. Hotel Garuda Setia - Jl. Cempaka 6 Kutoarjo - telp. 0275 641090
7. Hotel Sawunggalih - Jl. Diponegoro 105 Kutoarjo - telp. 0275 641049
8. Hotel Kencana - Jl. Diponegoro 139 Kutoarjo - telp. 0275 641095
9. Hotel Raya - Jl. Pahlawan 19 Purworejo - telp. 0275 321242
10. Hotel Widuri - Jl. Kol. Sugiono 63 Purworejo
11. Hotel Lumayan - Jl. Urip Sumoharjo 65  Purworejo - telp. 0275 322943
12. Hotel Suswanti - Jl. Brigjend Katamso 41- 43   Purworejo - telp. 0275 321869
   

Arti Lambang Daerah


Lambang daerah berbentuk perisai dengan gaya artistik yang berisi makna sbb :

Pohon Beringin : bermakna rasa kebangsaan dan pengayoman



Bedug dengan 17 pantek : merupakan ciri khas daerah Purworejo, dengan keistimewaannya yang terbuat dari kayu jati utuh merupakanyang terbesar di Indonesia



Cakra dengan 17 mata : dalam cerita pewayangan merupakan senjata Wisnu dalam tugasnya memelihara kesejahteraan dan memberantas angkara murka



Bintang segi lima : menunjukkan bahwa Rakyat Purworejo adalah masyarakat yang Berketuhanan YME



Pita merah putih : menunjukkan bahwa Purworejo adalah bagian dari negara Republik Indonesia



Gelombang di kanan-kiri bintang : menggambarkan keadaan alam Purworejo yang disebelah utara merupakan daerah pegunungan yang penuh dengan kekayaan alam



Garis-garis putih dibawah gelombang hijau : menggambarkan keadaan alam Purworejo yang mempunyai sungai-sungai yang sangat penting terutama untuk pertanian misalnya S. Bogowonto dan S. Jali



Petak-petak dibawah garis : menggambarkan keadaan alam yang bagian tengah dan selatan penuh dengan sawah dan ladang



Padi 45 butir dan kapas 8 buah :
menggambarkan cita-cita masyarakat menuju masyarakat adil dan makmur.
Catatan : cakra 17 mata, kapas 8 buah, padi 45 butir- melambangkan kesetiaan rakyat Purworejo pada Proklamasi 17-8-1945



Tiang di tepi kanan dan kiri : merupakan lambang penegakkan kebenaran dan keadilan



Lipatan-lipatan / wiron di kanan kiri bawah : lambang kerapihan, kehalusan, keramahan, kehalusan budi



Bokor dengan style kepala banteng : bokor adalah wadah / tempat, melambangkan kebesaran jiwa rakyat dan pemerintah daerah yang mampu menampung berbagai masalah kehidupan. Kepala banteng lambang kerakyatan atau keinginan mewujudkan Demokrasi Pancasila



Pita putih bertuliskan PURWOREJO : bermakna kesucian, ketulusan, keluhuran budi



Rantai : lambang kemanuasiaan dan gotong royong. Bentuk persegi lambang wanita, bentuk bulat lambang pria



Dasar hitam : bermakna keabadian, keteguhan hati, ketenangan

Visi dan Misi

VISI
Menuju masyarakat Puworejo yang lebih sejahtera dengan meningkatkan kemandirian serta daya saing, melalui penyelenggaraan pemerintahan,pembangunan daerah,dan kemasyarakatan yang aspiratif bertumpu pada agrobisnis,yang   didukung birokrasi professional dan bersih dari korupsi,kolusi dan nepotisme serta peranserta aktif sector swasta dan masyarakat pada umumnya.


MISI


1.   Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan politik melalui pemberdayaan masyarakat  serta penjaringan aspirasi masyarakat dengan memanfaatkan  mekanisme politik yang sehat dan dinamis.

2.   Meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian dalam arti luas.

3.   Mewujudkan iklim yang kondisif serta ketersediaan infrastruktur untuk menarik investasi dalam mewujudkan industri jasa dan perdagangan guna mendorong kemajuan daerah berbasis agrobisnis.

4.   Meningkatkan pendapatan daerah untuk mendukung pembangunan daerah yang semakin luas dan berkualitas.

5.   Mewujudkan profesionalisme aparatur dan pemerintahan yang amanah,bersih,bebas dari KKN dan demokratis, dengan mengutamakan penegakan huku,jaminan keamanan dan ketertiban umum yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang tinggi.

Geografis dan Topologis Kab.Purworejo


 
Letak Geografis
Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109o 47’28” – 110o 8’20” Bujur Timur dan  7o 32’ – 7o 54 Lintang Selatan
 
Iklim 
Secara topografis merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19 C – 28 C, sedangkan kelembaban udara antara 70% - 90% dan curah hujan tertinggi pada bulan Desember 311 mm dan bulan Maret 289 mm
 
Luas Wilayah 
Kabupaten Purworejo memiliki luas 1.034,81752 km2 dengan batas wilayah
- Sebelah barat : Kabupaten Kebumen.
- Sebelah utara : Kabupaten Magelang dan Wonosobo.
- Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo (DIY)
- Sebelah selatan : Samudera Indonesia

Sejarah Kabupaten Purworejo

Sejarah 

Hamparan wilayah yang subur di Jawa Tengah Selatan antara Sungai Progo dan Cingcingguling sejak jaman dahulu kala merupakan kawasan yang dikenal sebagai wilayah yang masuk Kerajaan Galuh. Oleh karena itu menurut Profesor Purbocaraka, wilayah tersebut disebut sebagai wilayah Pagaluhan dan kalau diartikan dalam bahasa Jawa, dinamakan : Pagalihan. Dari nama “Pagalihan” ini lama-lama berubah menjadi : Pagelen dan terakhir menjadi Bagelen. Di kawasan tersebut mengalir sungai yang besar, yang waktu itu dikenal sebagai sungai Watukuro. Nama “ Watukuro “ sampai sekarang masih tersisa dan menjadi nama sebuah desa terletak di tepi sungai dekat muara, masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Di kawasan lembah sungai Watukuro masyarakatnya hidup makmur dengan mata pencaharian pokok dalam bidang pertanian yang maju dengan kebudayaan yang tinggi.

Pada bulan Asuji tahun Saka 823 hari ke 5, paro peteng, Vurukung, Senin Pahing (Wuku) Mrgasira, bersamaan dengan Siva, atau tanggal    5 Oktober 901 Masehi, terjadilah suatu peristiwa penting, pematokan Tanah Perdikan (Shima). Peristiwa ini dikukuhkan dengan sebuah prasasti batu andesit yang dikenal sebagai prasasti Boro Tengah atau Prasasti Kayu Ara Hiwang.

Prasasti yang ditemukan di bawah pohon Sono di dusun Boro tengah, sekarang masuk wilayah desa Boro Wetan Kecamatan Banyuurip dan sejak tahun 1890 disimpan di Museum Nasional Jakarta Inventaris D 78 Lokasi temuan tersebut terletak di tepi sungai Bogowonto, seberang Pom Bensin Boro.

Dalam Prasasti Boro tengah atau Kayu Ara Hiwang tersebut diungkapkan, bahwa pada tanggal 5 Oktober 901 Masehi, telah diadakan upacara besar yang dihadiri berbagai pejabat dari berbagai daerah, dan menyebut-nyebut nama seorang tokoh, yakni : Sang Ratu Bajra, yang diduga adalah Rakryan Mahamantri/Mapatih Hino Sri Daksottama Bahubajrapratipaksaya atau Daksa yang di identifikasi sebagai adik ipar Rakal Watukura Dyah Balitung dan dikemudian hari memang naik tahta sebagai raja pengganti iparnya itu.

Pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima) Kayu Ara Hiwang dilakukan oleh seorang pangeran, yakni Dyah Sala (Mala), putera Sang Bajra yang berkedudukan di Parivutan.

Pematokan tersebut menandai, desa Kayu Ara Hiwang dijadikan Tanah Perdikan(Shima) dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, namun ditugaskan untuk memelihara tempat suci yang disebutkan sebagai “parahiyangan”. Atau para hyang berada.

Dalam peristiwa tersebut dilakukan pensucian segala sesuatu kejelekan yang ada di wilayah Kayu Ara Hiwang yang masuk dalam wilayah Watu Tihang.

“ … Tatkala Rake Wanua Poh Dyah Sala Wka sang Ratu Bajra anak wanua I Pariwutan sumusuk ikanang wanua I Kayu Ara Hiwang watak Watu Tihang …”

Wilayah yang dijadikan tanah perdikan tersebut juga meliputi segala sesuatu yang dimiliki oleh desa Kayu Ara Hiwang antara lain sawah, padang rumput, para petugas (Katika), guha, tanah garapan (Katagan), sawah tadah hujan (gaga).

Disebut-sebutnya “guha” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang tersebut ada dugaan, bahwa guha yang dimaksud adalah gua Seplawan, karena di dekat mulut gua Seplawan memang terdapat bangunan suci Candi Ganda Arum, candi yang berbau harum ketika yoninya diangkat. Sedangkan di dalam gua tersebut ditemukan pula sepasang arca emas dan perangkat upacara. Sehingga lokasi kompleks gua Seplawan di duga kuat adalah apa yang dimaksud sebagai “parahyangan” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang.

Upacara 5 Oktober 901 M di Boro Tengah tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 15 pejabat dari berbagai daerah, antara lain disebutkan nama-nama wilayah : Watu Tihang (Sala Tihang), Gulak, Parangran Wadihadi, Padamuan (Prambanan), Mantyasih (Meteseh Magelang), Mdang, Pupur, Taji (Taji Prambanan) Pakambingan, Kalungan (kalongan, Loano).

Kepada para pejabat tersebut diserahkan pula pasek-pasek berupa kain batik ganja haji patra sisi, emas dan perak. Peristiwa 5 Otober 901 M tersebut akhirnya pada tanggal 5 Oktober 1994 dalam sidang DPRD Kabupaten Purworejo dipilih dan ditetapkan untuk dijadikan Hari jadi Kabupaten Purworejo. Normatif, historis, politis dan budaya lokal dari norma yang ditetapkan oleh panitia, yakni antara lain berdasarkan pandangan Indonesia Sentris.

Perlu dicatat, bahwa sejak jaman dahulu wilayah Kabupaten Purworejo lebih dikenal sebagai wilayah Tanah Bagelen. Kawasan yang sangat disegani oleh wilayah lain, karena dalam sejarah mencatat sejumlah tokoh. Misalnya dalam pengembangan agama islam di Jawa Tengah Selatan, tokoh Sunan Geseng diknal sebagai muballigh besar yang meng-Islam-kan wilayah dari timur sungai Lukola dan pengaruhnya sampai ke daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupatn Magelang.

Dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para Kenthol Bagelen adalah pasukan andalan dari Sutawijaya yang kemudian setelah bertahta bergelar Panembahan Senapati. Dalam sejarah tercatat bahwa Kenthol Bagelen sangat berperan dalam berbagai operasi militer sehingga nama Begelen sangat disegani.

Paska Perang Jawa, kawasan Kedu Selatan yang dikenal sebagai Tanah Bagelen dijadikn Karesidenan Bagelen dengan Ibukota di Purworejo, sebuah kota baru gabungan dari 2 kota kuno, Kedungkebo dan Brengkelan.

Pada periode Karesidenan Begelen ini, muncul pula tokoh muballigh Kyai Imam Pura yang punya pengaruh sampai ke Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula tokoh Kyai Sadrach, penginjil Kristen plopor Gereja Kristen Jawa (GKJ).

Dalam perjalanan sejarah, akibat ikut campur tangannya pihak Belanda dalam bentrokan antara para bangsawan kerajaan Mataram, maka wilayah Mataram dipecah mejadi dua kerajaan. Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Tanah Bagelen akibat Perjanjian Giyanti 13 pebruari 1755 tersebut sebagai wilayah Negara Gung juga dibagi, sebagian masuk ke Surakarta dan sebagian lagi masuk ke Yogyakarta, namun pembagian ini tidak jelas batasnya sehingga oleh para ahli dinilai sangat rancu diupamakan sebagai campur baur seperti “rujak”.

Dalam Perang Diponegoro abad ke XIX, wilayah Tanah Bagelen menjadi ajang pertempuran karena pangeran Diponegoro mndapat dukungan luas dari masyarakat setempat. Pada Perang Diponegoro itu, wilayah Bagelen dijadikan karesidenan dan masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda dengan ibukotanya Kota Purworejo. Wilayah karesidenan Bagelen dibagi menjadi beberapa kadipaten, antara lain kadipaten Semawung (Kutoarjo) dan Kadipaten Purworejo dipimpin oleh Bupati Pertama Raden Adipati Cokronegoro Pertama. Dalam perkembangannya, Kadipaten Semawung (Kutoarjo) kemudian digabung masuk wilayah Kadipaten Purworejo.

Dengan pertimbangan strategi jangka panjang, mulai 1 Agustus 1901, Karesienan Bagelen dihapus dan digabungkan pada karesidenan kedu. Kota Purworejo yang semula Ibu Kota Karesidenan Bagelen, statusnya menjadi Ibukota Kabupaten.

Tahun 1936, Gubernur Jenderal Hindia belanda merubah administrasi pemerintah di Kedu Selatan, Kabupaten Karanganyar dan Ambal digabungkan menjdi satu dengan kebumen dan menjadi Kabupaten kebumen. Sedangkan Kabupaten Kutoarjo juga digabungkan dengan Purworejo, ditambah sejumlah wilayah yang dahulu masuk administrasi Kabupaten Urut Sewu/Ledok menjadi Kabupaten Purworejo. Sedangkan kabupaten Ledok yang semula bernama Urut Sewu menjadi Kabupaten Wonosobo.

Dalam perkembangan sejarahnya Kabupaten Purworejo dikenal sebagai pelopor di bidang pendidikan dan dikenal sebagai wilayah yang menghasilkan tenaga kerja di bidang pendidikan, pertanian dan militer.

Tokoh-tokoh yang muncul antara lain WR Supratman Komponis lagu Kebangsaan “Indonesia raya”. Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal A. Yani, Sarwo Edy Wibowo dan sebagainya.

Para tokoh maupun tenaga kerja di bidang pertanian pendidikan, militer, seniman dan pekerja lainnya oleh masyarakat luas di tanah air dikenal sebagai orang-orang Bagelen, nama kebangsaan dan yang disegani baik di dalam maupun di luar negeri.


(Sumber: Buku POTENSI WISATA PURWOREJO – Yayasan Arahiwang Purworejo Jakarta).
 

Guest Book



Terima kasih yang sudah mampir kesini dan bersedia mengisi buku tamu/guest book dihalaman ini..jangan lupa untuk mendapatkan backlink dari blog ini silahkan diisi kolom dibawah